Ad Code

1. Jangan Membenci Ulama yang Sezaman | 2. Jangan Menyalahkan Ajaran Orang Lain | 3. Jangan Memeriksa Murid Orang Lain | 4. Jangan Berubah Sikap Meski Disakiti Orang Lain | HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCIMU

Ticker

6/recent/ticker-posts

Menghibur Hati dan Menghilangkan Kesusahan


Pendahuluan
Setiap manusia pasti pernah merasakan kesedihan, kesempitan hati, dan kesusahan hidup.
Dalam berbagai kondisi, manusia membutuhkan ketenangan batin dan jalan keluar dari
masalah yang dihadapi. Islam, sebagai agama yang sempurna, memberikan tuntunan yang jelas
mengenai cara memperoleh ketenangan hati (tafrīh al-qulūb) dan melepaskan diri dari
kesempitan atau kesusahan (tafrīj al-kurūb).
Dalam kitab-kitab klasik, para ulama banyak membahas tema ini dengan merujuk pada Al-
Qur'an, hadis, dan perkataan para salafus sholih. Salah satu pembahasan tersebut terdapat
dalam bab "Tafrīh al-Qulūb wa Tafrīj al-Kurūb" yang menjelaskan bahwa di antara pintu
terbesar untuk memperoleh kebahagiaan dan menghilangkan kesulitan adalah dengan
menyibukkan diri dalam do'a, dzikir, dan ketakwaan kepada Alloh.

Makna Tafrīh al-Qulūb dan Tafrīj al-Kurūb
Secara bahasa, tafrīh berarti melapangkan atau menggembirakan, sedangkan al-qulūb berarti
hati. Maka tafrīh al-qulūb berarti usaha untuk menggembirakan dan menenangkan hati.
Adapun tafrīj al-kurūb berarti menghilangkan kesusahan, kesempitan, atau beban hidup.
Dalam konteks keislaman, keduanya berkaitan erat. Hati yang lapang akan membantu manusia
menghadapi kesulitan dengan sabar dan ridho. Sebaliknya, kesusahan yang tidak disertai
ketenangan batin akan menimbulkan kecemasan, kegelisahan, dan bahkan keputusasaan. Oleh
karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk menempuh jalan ketakwaan, sabar, tawakal,
dan dzikir sebagai sarana untuk mendapatkan ketenangan hati serta jalan keluar dari kesulitan.

Ketakwaan sebagai Jalan Kelapangan
Dalam teks tersebut dijelaskan bahwa ketakwaan (at-taqwā) adalah obat dan penawar bagi
hati yang gundah serta kesulitan hidup. Tidak diragukan lagi bahwa ketakwaan merupakan
kunci utama untuk memperoleh kebahagiaan dan keselamatan. Orang yang bertakwa akan
mendapatkan petunjuk dari Alloh, ketenangan dalam jiwa, dan solusi atas berbagai persoalan
hidup.
Alloh berfirman dalam Surat At-Talaq ayat 2–3:

"Barang siapa bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya,
dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. At-Tholaq [65]: 2–3)
Ayat ini menjelaskan bahwa ketakwaan bukan hanya membawa seseorang pada keselamatan
akhirat, tetapi juga membuka jalan keluar dari kesulitan duniawi. Orang yang menjaga
hubungan dengan Alloh melalui ketaatan dan menjauhi maksiat akan senantiasa memperoleh
pertolongan dan rezeki dari arah yang tidak diduga.

Taqwa dan Kebersihan Hati
Dalam lanjutan pembahasan, disebutkan bahwa ketakwaan juga merupakan "obat bagi
penyakit hati." Hati yang dipenuhi dosa, iri, dan kelalaian akan terasa sempit dan gelap.
Sebaliknya, hati yang dipenuhi dzikir dan takwa akan terasa lapang, bersih, dan tenteram. Alloh
berfirman:

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ro'd [13]: 28)
Ayat ini menjadi dasar bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada harta, jabatan, atau
kesenangan dunia, melainkan pada hubungan yang kuat dengan Sang Pencipta. Dzikir dan doa
bukan sekadar ritual, melainkan bentuk kedekatan spiritual yang menumbuhkan rasa aman dan
percaya diri dalam menghadapi ujian kehidupan.

Ketakwaan dan Jalan Keluar dari Kesulitan
Dalam teks yang dikutip, dijelaskan pula makna ayat "wa man yattaqillāha yaj'al lahu
makhrajan". Seseorang yang bertakwa akan mendapatkan kemudahan dalam setiap
urusannya. Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa "makhraj" (jalan keluar) mencakup
segala bentuk solusi — baik duniawi maupun ukhrawi. Artinya, ketakwaan bukan hanya
berbuah pahala di akhirat, tetapi juga memudahkan urusan dunia.
Contohnya, ketika seseorang menghadapi masalah ekonomi, Alloh menjanjikan rezeki dari
arah yang tidak disangka. Ketika seseorang terjebak dalam kesedihan atau rasa takut, Alloh
memberikan ketenangan dan keyakinan. Ketika seseorang bingung dalam mengambil
keputusan, Alloh memberikan petunjuk melalui jalan yang lurus.
Inilah makna dari janji Alloh dalam ayat berikut:

"Barang siapa bertawakal kepada Alloh, maka cukuplah Alloh menjadi penolongnya."
(QS. At-Talaq [65]: 3)
Ayat ini menegaskan bahwa tawakal adalah bentuk tertinggi dari keimanan. Seseorang yang
bersandar kepada Alloh akan memperoleh kekuatan batin yang luar biasa untuk menghadapi
segala bentuk kesulitan.

Hubungan antara Sabar dan Pertolongan
Selain ketakwaan, sabar juga merupakan kunci penting untuk memperoleh pertolongan dan
kelapangan. Dalam hadis sahih disebutkan:

"Ketahuilah bahwa pertolongan itu datang bersama kesabaran, dan kelapangan datang
bersama kesempitan." (HR. Tirmidzi)
Hadis ini sejalan dengan firman Alloh dalam QS. Al-Insyirah [94]: 5–6:

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sungguh bersama kesulitan itu ada
kemudahan."
Ayat dan hadis ini mengandung makna optimisme yang mendalam. Dalam setiap kesulitan
yang dihadapi, seorang mukmin harus yakin bahwa Alloh telah menyiapkan jalan keluar dan
kemudahan. Kesabaran menjadi jembatan untuk mencapai pertolongan tersebut.

Kebahagiaan Hati dalam Ketundukan kepada Alloh
Salah satu pesan moral penting dari teks ini adalah bahwa kebahagiaan hati sejati tidak akan
pernah diperoleh tanpa ketundukan kepada Alloh. Dunia yang penuh ujian dan perubahan
menuntut manusia untuk selalu kembali kepada sumber ketenangan, yaitu Alloh Subhānahu
wa Ta'ālā.
Hati yang terhubung dengan Alloh akan selalu damai, bahkan dalam keadaan sulit. Inilah yang
dimaksud dengan tafrih al-qulub, yaitu kebahagiaan spiritual yang bersumber dari iman dan
amal sholeh. Alloh berfirman:

"Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedang dia
beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik." (QS. An-Nahl [16]: 97)
Kehidupan yang baik (ḥayat ṭhoyyibah) dalam ayat ini mencakup ketenangan batin,
keberkahan hidup, dan rasa cukup atas rezeki yang diberikan. Itulah hakikat dari kebahagiaan
sejati.

Peran Dzikir dan Doa dalam Melapangkan Hati
Teks ini juga menyinggung pentingnya doa dan dzikir sebagai sarana untuk melapangkan
dada dan menghapus kesedihan. Orang yang rajin berdoa berarti menunjukkan
ketergantungannya kepada Alloh. Sedangkan orang yang senantiasa berdzikir akan
mendapatkan ketenangan dan cahaya dalam hatinya.
Dalam hadis qudsi, Alloh berfirman:

"Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia
mengingat-Ku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa Alloh selalu dekat dengan hamba-Nya yang mengingat dan
bergantung kepada-Nya. Dengan demikian, dzikir dan doa menjadi kunci utama untuk
memperoleh ketenangan dan jalan keluar dari kesulitan.

Keteladanan dari Nabi dan Salafus Sholih
Dalam lanjutan teks disebutkan bahwa Rosululloh SAW dan para sahabat sering menghadapi
berbagai ujian berat. Namun mereka selalu bersabar, bertakwa, dan bertawakal kepada Alloh.
Akhirnya, setiap ujian yang mereka hadapi berubah menjadi kemuliaan dan kemenangan.
Rosululloh SAW bersabda:

"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya.
Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia ditimpa kesusahan,
ia bersabar, dan itu juga baik baginya." (HR. Muslim)
Hadis ini mempertegas bahwa seorang mukmin selalu berada dalam kebaikan, baik dalam
keadaan bahagia maupun susah. Kunci utamanya adalah sikap sabar dan syukur yang lahir dari keimanan.

Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ajaran Tafrih al-Qulub wa Tafrij al-Kurub
mengajarkan umat Islam untuk selalu mendekatkan diri kepada Alloh melalui ketakwaan,
dzikir, doa, dan sabar. Ketakwaan menjadi pintu utama untuk mendapatkan kelapangan dan
kebahagiaan hati.
Setiap kesulitan yang menimpa manusia pasti diiringi dengan kemudahan. Oleh karena itu,
seorang mukmin tidak boleh berputus asa, sebab janji Alloh pasti benar. Seperti firman-Nya:

"Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd [13]: 11)
Dengan memperbaiki hubungan dengan Alloh, membersihkan hati, serta memperbanyak amal
sholeh, maka seseorang akan merasakan kebahagiaan sejati dan terbebas dari kesempitan
hidup.
Pada akhirnya, tafrih al-qulub (kebahagiaan hati) dan tafrij al-kurub (hilangnya kesusahan)
bukan hanya hasil dari usaha lahiriyah, tetapi merupakan anugerah dari Alloh kepada hamba-
Nya yang bertakwa, bersabar, dan bertawakal kepada-Nya.

Sumber:
Kitab Abwabul Faroj
Syaikh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani

Posting Komentar

0 Komentar