Sambas, Kalimantan Barat 06-08 Desember 2014 ; Perjalanan Memenuhi 'Undangan' Syaikh Ahmad Khotib Sambas.
(Bagian II)
Sabtu, 06-12-2014, Pukul 10.45 WIB : Tiba di Bandara Supadio Pontianak,
Abah Aos bersama rombongan melanjutkan perjalanan darat menuju kota
Sambas. Dengan berhenti Istirahat-Sholat-Makan (Ishoma), perjalanan
biasanya memakan waktu sekitar 4-5 jam. Namun, perjalanan kami ternyata
lebih dari itu. Butuh waktu 8 jam perjalanan hingga sampai di kota
Sambas. Tentu saja lelah, namun saat teringat penempuhan waktu yang sama
dari kota Istanbul-Kota Tua Troy, kota dimana 'undangan' ini
disampaikan, rasa lelah berubah menjadi keriangan penuh syukur. Sudah di
setting oleh-Nya lamanya waktu tempuh menuju kota kelahiran Syaikh
Khotib di Sambas.
Jalan dari Pontianak-Sambas melewati pesisir Laut
Selatan China, dengan deretan perkampungan yang di dominasi etnis China.
Di Sambas sendiri, warga etnis China mendominasi 70% penduduknya.
Terlebih setelah pecah perang etnis Dayak vs Madura. Situasi seperti ini
seakan menjadi semacam pra-kondisi untuk perjalanan Abah Aos
selanjutnya ke Negara China tanggal 2 Januari 2015 yang akan datang.
- Sekitar jam 20.30 WIB, pelaksanaan Manaqib di gelar di aula Hotel
Sambas Indah tempat kami bermalam di hari pertama perjalanan.
*****
Ahad, 07-12-2014 :
- Pukul 03.30 WIB : kami berkumpul di Aula Hotel yang sudah di 'sulap'
menjadi Musholla. Melaksanakan berbagai amaliyah hingga masuk waktu
Sholat Subuh. Selesai Sholat dan zikir, untuk kedua kalinya di kota
Sambas, Manaqib kembali dilaksanakan hingga masuk waktu Isyroq.
-
Pukul 07.00 WIB : Abah dan rombongan bergerak dari hotel menuju lokasi
acara Peringatan Haul. Terletak di desa Tekarang, perjalanan darat dari
hotel harus di sambung menggunakan perahu sampan bermesin boat.
Hhhmmm..moment yang sangat jarang, bisa duduk di 1 sampan bersama
Pangersa Abah, menyebrangi sungai yang menghubungkan desa Tebas dengan
Tekarang. Bis kami harus berhenti sampai di dermaga saja, untuk
perjalanan darat lanjutan setelah menyebrang, menggunakan motor ojek
hingga sampai di lokasi acara.
- Pukul 08.00 WIB : tiba di lokasi
acara Peringatan Haul Syaikh Ahmad Khotib bin Abdul Ghoffar As Sambasi.
Terlihat Para tokoh masyarakat setempat, para pejabat, para ulama dan
masyarakat setempat maupun dari luar daerah Sambas, sudah mengisi
shof-shof masjid. 1 di antara para tokoh tadi adalah KH. Muhammad Nur
Fattah, salah seorang Wakil Talqin wilayah Kalimantan Barat pada masa
Pangersa Abah Anom q.s. Setengah jam kemudian acara dimulai. Rangkaian
acara diawali dengan sholat sunnah Dhuha berjamaah dan zikir Nafyu
Isbat.
Di dalam susunan acara, pemberi Taushiyah pertama adalah KH.
M. Nur Fattah, dan taushiyah kedua oleh Wali Mursyid Pangersa Abah Aos.
Perubahan terjadi, Abah memerintahkan saya untuk maju mewakili beliau
memberikan khidmah ilmiyyah. Saya pun akhirnya maju. Mulut ini berharap
menjadi corong Pangersa, menyampaikan hal-hal yang benar dan tepat
sesuai yang dikehendaki beliau. Maka saya biarkan hati, pikiran dan
lisan ini melakukan persambungan-persambungan elektromagnetiknya. Hati
yang ter-connect dengan Abah di olah dalam pikiran, dan kemudian
disalurkan lewat lisan. Lewat persambungan itu, masyarakat setempat
tercerahkan pengetahuannya mengenai sosok Syaikh Khotib, tentang ajaran
TQN, hingga mengenai perkembangan TQN PP Suryalaya sepeninggal Yang
Mulia Pangersa Abah Anom q.s, di bawah pelanjut otoritas ajaran TQN PPS,
yakni Wali Mursyid silsilah 38, Pangersa Abah Aos r.a.
Selesai saya
menutup salam, Abah berdiri, meminta microfon, mengeluarkan setumpuk
uang dari saku jas nya, memanggil ketua panitia dan ketua masjid untuk
berdiri di sampingnya. Beliau lalu menyampaikan hal berikut : " Ini ada
uang sebesar Rp. 34 juta, saya serahkan kepada bapak untuk sekedar
pembangunan 1 tiang masjid Syaikh Khotib Sambas. Silahkan di terima".
Beliau lalu kembali duduk. Ada jeda sesaat, ketertegunan kami dan juga
termasuk seluruh jamaah dan para tokoh yang ada saat menyaksikan hal
itu.
Acara dilanjutkan dengan doa penutup. Kami segera pamit undur diri, untuk kembali ke Pontianak.
Paku Bumi pun telah kokoh ditancapkan oleh Abah di tanah kelahiran
seorang Ulama besar yang melahirkan ajaran Thoriqoh Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah.
Kami tiba di Pontianak sekitar pukul 20.00 WIB, dan bermalam di Hotel Mercure.
*****
Senen, 08-12-2014
Seperti biasa, kegiatan di mulai dengan sholat subuh berjamaah di
Musholla Hotel. Yang kemudian di sambung dengan acara Manaqib yang ke-3.
- Pukul 07.30-11.00 WIB : Abah bersama rombongan melakukan City
Tour kota Pontianak, diantaranya ke pusat oleh-oleh dan souvenir serta
tentunya ke Tugu Khatulistiwa; Di antara semua negara di dunia, hanya 12
negara yang berdiri di garis Khatulistiwa. Dua kota yang berada di 12
negara tersebut, hanya satu yang berdiri tepat di garis katulistiwa,
tepat memisahkan belahan bumi selatan dan utara. Pontianak, ibu kota
provinsi Kalimantan Barat yang sebelumnya dikenal sebagai Borneo Barat,
menjadi satu-satunya kota di dunia yang duduk tepat di garis
Khatulistiwa, sebuah fakta yang tidak memerlukan persetujuan atau
perjanjian internasional. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa monumen
katulistiwa dibangun di kota ini.
Menjelang sholat Zuhur, hadir
seorang dosen STAIN yang juga penulis buku ke hotel kami. Beliau adalah
Bapak Erwin Mahrus. Penulis buku biografi Syaikh Ahmad Khotib Sambas.
Sayang, waktu kami sangat terbatas untuk melakukan dialog-dialog
mengenai sejarah dan manaqib beliau. Karena selepas sholat Zuhur dan
makan siang, kami harus menuju ke Bandara untuk melakukan penerbangan
kembali ke Jakarta.
Diberikannya kami buku beliau sebagai bahan pengkayaan ilmu, khususnya tentang sejarah Syaikh Khotib Sambas.
(Lion Air, Langit Pulau Kalimantan, 30.000 mdpl; 08.12.2014)
Nara Sumber:
KH. Irfan Zidny
(Wakil Talqin TQN PP Suryalaya)
0 Komentar