KH. M. Sholeh Hujjatul 'Arifin
Alhamdulillah di tempat yang mulya ini kita bisa mengikuti manakiban Syekh Abdul Qodir Al-Jailani yang merupakan acara yang mulya, amalan yang mulya, untuk mengikuti para guru yang mulya.
Pada tanggal 2 bulan Rajab ini, yang merupakan bulan ulang tahun sholat, kita beruntung melaksanakan sholat yang diperintahkan oleh Alloh karena mendapat bimbingan untuk khusyu' dari guru mursyid, karena orang yang sholatnya khusyu adalah yang beruntung menurut Alloh SWT.
Sebagaimana kata guru agung kita bahwa guru itu bermacam-macam, ada guru tentu, guru bantu dan guru khusyu. Guru tentu yaitu ibu bapak kita, yang sejak kita lahir, yang dari kecil diajarkan oleh mereka ilmu pengetahuan, namun kita jarang menyadari bahwa ibu bapak kita adalah sebagai guru. Yang kedua guru bantu adalah guru-guru kita di sekolah, di pesantren, di majlis ta'lim atau dimana saja yang kalau dihitung jumlahnya sangat banyak karena mereka yang telah membantu kita untuk mengenal ilmu pengetahuan. Tapi walaupun guru bantu kita sangat banyak kalau belum bertemu dengan yang ketiga maka kita belum memndapat keberuntungan yang sesungguhnya, yaitu guru khusyu yakni guru mursyid/wali mursyid yang alhamdulillah kita sekarang sudah bertemu yang menjadikan ibadah kita menjadi khusyu dan menjadi beruntung.
Alloh swt menyebutkan bahwa orang yang beruntung adalah orang yang khusyu sebagaimana dalam firman-Nya dalam Al-Quran Surat Al-Mu'minun ayat 1-2
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ ٢
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,
Walaupun dalam ayat ini disebutnya khusyu dalam sholat, sebenarnya itu bukan hanya pada waktu sholat, semua ibadah juga harus ada khusyu'nya. Bahkan kita dibimbingkan bahwa khusyu itu bukan hanya pada waktu ibadah mahdoh seperti sholat, shaum, zakat, haji, dan sebagainya, tetapi setiap saat hati kita dibimbingkan untuk selalu khusyu selalu ingat kepada Alloh SWT. Karena khusyu ini kalau kita tidak belajar kepada syekh mursyid maka kita menafsirkan sendiri. Kebanyakan orang itu menilai khusyu itu kalau berdo'a menangis atau sholat nangis, baca khutbah jumat do'a nangis. Khusyu bukan menangis. Khusyu ini kalau dibimbingkan oleh Syekh mursyid yaitu hati yang selalu berdzikir kepada Alloh swt. Berdasarkan firman Alloh dalam Surat Al-Hadid ayat 16 :
أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah"
Maka oleh guru kita ditanamkan dzikir di dalam ruh kita sehingga kita bisa berdzikir kepada Alloh. Inilah yang disebut khusyu oleh Alloh swt.
Walaupun jumlahnya banyak dalam ibadah, kalau kita tidak mendapatkan kekhusyuan dengan bimbingan dari guru khusyu tidaklah ada artinya.
Maka inilah guru khusyu yakni syekh mursyid yang akan mengantarkan kita untuk menjadi khusyu, guru khusyu seorang waliyyam mursyida yang sudah dekat kepada Alloh yang ditugaskan oleh Alloh swt untuk membimbing orang lain untuk dekat kepada Alloh. Guru khusyu yang akan mengantarkan orang lain sebagai muridnya untuk beribadah khusyu kepada Alloh. Alhamdulillah kita telah dipertemukan dengan guru khusyu. Kita niatkan untuk tetap berdzikir sampai akhir hayat kita dan mengamalkannya, karena banyak orang yang dulunya sudah rajin dzikir dan manakibnya dan akhirnya ia mengundurkan diri mungkin karena sesuatu yang menjadi masalahnya. Maka Abah Anom dalam kitab monumentalnya kitab miftahus shudur mengatakan bahwa orang yang seperti ini adalah orang yang akan mendapat murka dari Alloh swt
"Tidak dicabut dzikir ini dari seseorang kecuali orang tersebut mau dijadikan oleh Alloh menjadi orang yang celaka, mau menjadi orang yang dimurka oleh Alloh swt"
Tadinya sudah khusyu jadi berhenti, sudah dekat menjadi jauh, sudah dicinta menjadi dibenci, itu masalahnya. Makanya niat untuk selalu berdzikir itu penting. Setiap mau berdzikir selalu dimulai dengan do'a munajat agar selalu ibadahnya mencari ridlo Alloh.
Inilah yang disebut guru khusyu, waliyyam mursyida, syekh mursyid, sebagaimana firman Alloh swt dalam surat al-Kahfi ayat 17 :
مَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيّٗا مُّرۡشِدٗا
"....Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka Dialah yang mendapat petunjuk; dan Barangsiapa yang disesatkan-Nya, Maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya."
Ayat ini menerangkan bahwa orang yang mendapat petunjuk adalah orang yang mendapat wali mursyid, sedangkan orang yang tidak mendapat petunjuk tidaklah mendapat atau mengenal wali mursyid. Karena dalam kitab thoriqoh mengenal wali mursyid lebih sulit daripada mengenal Alloh. Kadang untuk mengenal Alloh siapa saja dengan mudah bisa mngenal-Nya, orang musyrik saja kalau ditanya siapa yang menciptakan langit dan bumi, ia akan menjawab dengan cepat "Alloh". Tapi untuk mengenal wali mursyid, jangankan orang kafir, jangan orang yang jauh ibadah kepada Alloh, ahli ibadah kepada Alloh juga kalo ditanya siapa Abah Gaos, atau Abah Anom yang sudah terkenal, banyak orang yang tidak mengenal dan belum tahu bahwa abah anom itu sebagai waliyyam mursyida. Apalagi kepada Abah Gaos sebagai pelanjut Abah Anom.
Alhamdulillah kita telah dibimbing dan dipertemukan dengan pewaris sebagai pelanjut silsilah yang ada pada zaman ini yang telah diterangkan oleh Syekh Ahmad Khatib Sambas dalam kitabnya bahwa thoriqoh kami berdasarkan jumlah huruf نَقْطٌ جَم , dan barangsiapa tidak datang kepada kami di zaman kami maka dia pasti menyesal.
Maksudnya huruf naqtun jam itu ada lima yang merupakan singkatan nama-nama thoriqoh dari huruf ن ق ط ج م yaitu Naqsabandiyyah, Qodiriyyah, Anfasiyah, Junaidiyyah dan Muwafaqoh. Ini artinya dengan berthoriqoh pada Thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsabandiyyah sama dengan masuk ke dalam lima thoriqoh tersebut.
Jadi orang yang tidak datang kepada ahli thoriqoh tersebut pada zamannya syekh mursyid yang hidup, maka ia akan menyesal karena ia tidak mendapat guru khusyu untuk bisa beribadah dengan khusyu.
Bahkan Pangersa Abah Anom Syekh Ahmad Shohibul Wafa Tajul 'Arifin qs. menerangkan bahwa dengan memiliki thoriqoh Qodiriyyah wa Naqsabandiyyah sama dengan memiliki seluruh thoriqoh yang ada. Karena dua thoriqoh ini adalah menjadi sumber dari thoriqoh-thoriqoh yang lain dan menjadi asal urutan pokok dan yang lainnya merupakan cabang. Dan di dalam thoriqoh ini ada pertolongan dari Alloh karena berada dalam bimbingan seorang waliyyam mursyida, sehingga orang yang mengamalkannya disebut mendapat pertolongan. Karena pertolongan Alloh mutlak dibutuhkan, pertolongan Alloh mutlak kita raih, maka pertolongan Alloh tidak akan didapat sendiri kecuali ada orang yang membimbing sebagai penolong kita yaitu Syekh Mursyid. Kalau kita tidak bertemu dengan syekh mursyid akan sulit untuk mendapat pertolongan itu. Maka dengan adanya kita dipertemukan syekh mursyid maka kita akan mendapat alat untuk memperoleh kemenangan yaitu dzikir jahar dan dzikir khofi yang menjadi sumber dari thoriqoh yang ada.
Jika ada dzikir akan ada kemenangan, karena jika ada orang kufur mendapat ini, maka akan berubah dari kufur menjadi Islam, apabila ada orang munafik lalu mendapat ini, maka ia akan terkikis munafiknya. Makanya ketika datang ke Pondok Pesantren Suryalaya yang tertulis di dinding mesjid Nurul Asror adalah hadits tentang nifaq. Dan inilah tujuan dzikir karena Rosululloh SAW dalam hadits tersebut bersabda, "Hati-hatilah kamu terhadap khusyu munafik", maka para sahabat terperanjat,"Ya Rasululloh, apa yang dimaksud dengan khusyu munafik?" maka Rosululloh menjawab, "khusyu munafik adalah orang yang khusyu badannya tapi qolbunya kosong."
Walaupun seseorang kitabnya banyak, ngajinya sudah 20-30 tahun lamanya tapi jika belum bertemu dengan syekh mursyid, berdasarkan keterangan tersebut bahwa di dalamnya tetap kosong karena belum mendapat bimbingan dari syekh mursyid.
Maka oleh ulama ahli tasawuf syekh mursyid itu bahwa LISAN SEORANG ARIF BILLAH (MURSYID) ITU LISANNYA BAGAIKAN PENA YANG MENULIS DI LEMBARAN QOLBU PARA MURID. Jadi orang yang ditalqin itu secara ruhani telah ditulis oleh guru mursyid kalimah Laa ilaaha illalloh, dari situlah mulai saat itu hati orang tersebut tidak lagi disebut "KOSONG". Dan yang kedua yang ditanamkan oleh Syekh Mursyid hanya di dalam hati yang 4 huruf, maka itulah sudah dipatri ada di dalamnya sudah tidak disebut nifaq. Nifaq dalam bahasa Arab berasal dari kata nafaq yang berarti kosong. Orangnya biasa disebut munafiq. Maka disinilah pentingnya belajar dzikir, karena barangsiapa yang banyak dzikirnya maka pasti dia aka sembuh dari nifaq.
Abu Hulaikah dalam hadits shohih Bukhori mengatakan, "saya sebagaimana telah diterangkan oleh guru saya, para sahabat, 30 orang sahabat semuanya mereka itu guru-guru saya, mereka semuanya takut kalau dirinya termasuk munafiq."
Maka berdasarkan keterangan di atas, kita meskipun sudah tertanam dalam hati kita dzikrulloh harus merasa takut jika kita masih termasuk munafiq karena masalahnya dzikir kita belum begitu banyak. Tapi kalau kita mengamalakn amaliyah TQN dengan baik, insya Alloh dzikir menjadi banyak. Tapi walaupun sudah ditalqin dan sudah ditanamkan, kalau tidak sungguh-sungguh mengamalkannya, maka akan hilang. Orang yang sudah rajin saja bisa mundur teratur karena ada masalah apalagi yang belum pernah ditalqin.
Disebutkan oleh Imam Bukhori,"Tidak ada yang merasa aman dari sifat munafiq kecuali dia itu masih munafik, dan tidak ada yang takut dari sifat munafik kecuali dia itu seorang mu'min yang baik."
Makanya kita kalau tidak bertemu dengan syekh mursyid, kita ini dikatakan masih kosong di dalamnya, walaupun sudah dibimbingkan dan ditanamkan tapi tidak dilatih atau tidak ikut lagi khotaman dan manakib, maka dzikir khofinya bisa hilang. Oleh karena itu kita harus terus mengamalkan amaliyah TQN sesuai dengan yang dicontohkan oleh Syekh Mursyid dengan sungguh-sungguh. Kita jangan mudah terpengaruh oleh orang lain, kita terus saja lakukan amaliyah yang sudah dibimbingkan oleh syekh mursyid. Karena syekh mursyid tidak akan membimbing kita pada amalan yang salah, seperti sholat sunnah rojab, sholat sunnah nisfu sya'ban, lidaf'il bala, khotaman dan yang lainnya.
Barangsiapa yang mau ikut para nabi, para auliya dan ulama, para murid yang ikut melalui syekh mursyid, maka ia harus diuji dengan cara :
- Dicela dan diganggu
- Dikatakan dengan kata-kata palsu
- Agar mereka menjadi orang yang sabar
- Agar mereka belajar berakhlak baik terhadap makhluk Alloh
"HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCIMU"
0 Komentar