Ad Code

1. Jangan Membenci Ulama yang Sezaman | 2. Jangan Menyalahkan Ajaran Orang Lain | 3. Jangan Memeriksa Murid Orang Lain | 4. Jangan Berubah Sikap Meski Disakiti Orang Lain | HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCIMU

Ticker

6/recent/ticker-posts

Tanbih Bahasa Indonesia

 Ilaa Hadhrotis Syaikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad radhiyalloohu 'anhu.

AL-FAATIHAH

 

 TANBIH

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillaahirrohmaanirrohiim

TANBIH ini dari SYAIKHUNA Almarhum SYAIKH ABDULLAH MUBAROK bin NUR MUHAMMAD yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah.

Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria, wanita, tua, muda :

Semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai Alloh SWT kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian.

Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur zhohir maupun bathin.

Pun kami tempat orang bertanya tentang THORIIQOH QOODIRIYAH NAQSYABANDIYAH Pondok Pesantren Suryalaya,  menghaturkan dengan tulus ikhlas wasiat kepada segenap murid-murid : Berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang bertentangan dengan peraturan AGAMA dan NEGARA.

Ta'atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap AGAMA dan NEGARA, taat kepada HADLIRAT ILAAHI yang membuktikan perintah dalam AGAMA dan NEGARA.

Insyafilah hai murid-murid sekalian, janganlah terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah AGAMA dan NEGARA, agar dapat meneliti diri, kalau-kalau tertarik oleh bisikan Iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita.

Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian :

  1. Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik dhohir maupun bathin, harus kita hormati, begitulah seharusnya hidup rukun, saling menghargai.
  2. Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong-royong dalam melaksanakan perintah AGAMA dan NEGARA, jangan sampai terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-kalau kita terkena firman-Nya 'ADZAABUN ALIM', yang berarti duka nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai dengan akhirat(badan payah, hati susah).
  3. Terhadap orang-orang yang keadaannya di bawah kita, janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasehat yang lemah-lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan.
  4. Terhadap fakir-miskin, harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan bahwa hati kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah kodrat Tuhan.

Demikanlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran, meskipun terhadap orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam a.s. mengingat ayat 70 Surat Al-Isro' yang artinya:

'Sangat Kami mulyakan keturunan Adam dan Kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, Kami berikan mereka rezeki yang baik-baik dan juga Kami mengutamakan mereka lebih utama dari makhluk lainnya'.

Kesimpulan dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat Suroh Al-Maidah yang artinya :

'Hendaklah tolong menolong dengan sesama dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-sungguh terhadap AGAMA dan NEGARA, sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah AGAMA dan NEGARA ".

Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing, mengingat Suroh Al-Kafirun ayat 6 :

'Agamamu Untuk Kamu, Agamaku Untuk Aku'

Maksudnya jangan terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur.

Cobalah renungkan pepatah leluhur kita:

'Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai. Andaikan tidak demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna'


Karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah akibat dari amal perbuatan diri sendiri.

Dalam Suroh An-Nahl ayat 112 diterangkan bahwa :

'Tuhan yang Maha Esa telah memberikan contoh, yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara yang dahulunya aman dan tenteram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/ penghuninya mengingkari nikmat-nikmat Alloh, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri'.

Oleh karena demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan zhohir-bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya

'Budi Utama ' Jasmani Sempurna'

(Cageur-Bageur).

Tiada lain amalan kita, Thoriiqoh Qoodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala kejahatan zhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan.

Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar supaya mencapai keselamatan DUNIA dan AKHIRAT.

Amin.

Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956

Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan

Ttd

(SYAIKH AHMAD SHOHIBUL WAFA TAJUL ARIFIN, r.a.)

AL FAATIHAH

 

 UNTAIAN MUTIARA :

  1. JANGAN BENCI KEPADA ULAMA YANG SEZAMAN
  2. JANGAN MENYALAHKAN AJARAN ORANG LAIN
  3. JANGAN MEMERIKSA MURID ORANG LAIN
  4. JANGAN BERUBAH SIKAP MESKIPUN DISAKITI ORANG LAIN

HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCIMU

Bikaromati Syekh Muhammad Abdul Gaos As Shomadany Saefulloh Maslul Al Qodiri An Naqsabandi Al Mutaqi Al Kamil Al Muwaffaq Al Mujadid' Al Quthub Qoddasalloohu Sirrohu Al Fatihah.




 

Posting Komentar

0 Komentar