Ketika seseorang mendatangi kita, lalu mengisahkan keburukan-keburukan orang lain, please jangan menanggapi apalagi jadi orang kepo. Cari cara, yang sopan, untuk mengelak dan mengalihkan percakapan ke tema yang positif.
.
.
Kenapa demikian? Simak hukum-hukum sunatulloh di bawah ini.
.
.
Pertama, teman bicara yang tipikal membicarakan keburukan orang lain kepada kita adalah teman bicara yang di belakang kita melakukan kebiasaan yang sama: mengisahkan keburukan kita kepada orang lain. .
.
Catat ya, sekali lagi, dia adalah teman pembusuk kita behind your back . Kalau sayang, ubah sedikit-sedikit ia dengan cara mengingatkannya saat ia mulai bergossip di hadapan kita.
.
.
Kedua, the 'karma' law, apa yang kita lakukan kepada orang lain, in a misterous way, akan kembali ke diri sendiri. Dalam bentuk berbeda, dalam jeda waktu tertentu, orang lain akan melakukan apa yang kita lakukan kepada diri kita. .
.
Sayang saat itu terjadi banyak yang tidak mengingat atau menyadarinya. Bahwa perlakuan orang lain --kehidupan-- kepada diri kita adalah buah perlakuan kita kepada orang lain.
.
.
Ketiga, dari sisi eskatis-teologis, saat kita terlibat pembicaraan tentang keburukan orang lain, kita sedang membangkrutkan diri sendiri. Ketahuilah, membicarakan keburukan orang lain itu adalah saat-saat amal kebaikan kebaikan kita berpindah kepada rekening amal orang-orang yang kita gossipkan, pada saat yang sama, amal keburukan mereka berpindah ke rekening amal kita. Bener-bener bangkrut.
.
.
Berterimakasihlah kepada orang-orang menghina, dan membicarakan keburukan kita di belakang, itu lah saat-saat rekening kita menerima transperan amal kebaikan dan pembersihan amal keburukan.
.
.
Salam cinta,
@abahjagat21
0 Komentar