Ad Code

1. Jangan Membenci Ulama yang Sezaman | 2. Jangan Menyalahkan Ajaran Orang Lain | 3. Jangan Memeriksa Murid Orang Lain | 4. Jangan Berubah Sikap Meski Disakiti Orang Lain | HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCIMU

Ticker

6/recent/ticker-posts

Hikayat Ajengan Citungku

KISAH AJENGAN CITUNGKU 
MENJADI BANTENG SURYALAYA

Alhamdulillaah, kita sudah sering mendengar gelar MACAN SURYALAYA; Alm KH Abu Bakar Faqih ra (Pangersa Abah Fakih). 
Serta gelar SAEFULLOH MASLUL yg bermakna Pedang Alloh Yang Terhunus, (Abah Aos ra.qs)

ELANG/RAJAWALI yg terbang melayang (Pangersa Uwa Zezen Bazul Asyhab alm). Sebenarnya ada lagi satu tokoh bergelar BANTENG SURYALAYA, yaitu Alm KH Syihabuddin Suhrowardi (Ajengan Citungku).

Ajengan Citungku adalah seorang yang sangat alim (Al-'Alim al-'Allamah). Beliau memiliki karya kitab BIDAYATUS SALIKIN & kitab BAYANUTTASDIQ. Bahkan beliau juga dikenal sebagai ulama ahli tafsir Al-Qur'an.

Inilah awal kisah kedatangan beliau ke Suryalaya;

Ajengan Citungku pertama kali datang ke Suryalaya dengan niat ingin mengalahkan Pangersa Abah Anom qs dalam perdebatan ilmu. Ajengan Citungku telah mempersiapkan 28 pertanyaan sesuai jumlah huruf Hijaiyah yang sangat pelik dalam berbagai cabang fan ilmu.

Bahkan Ajengan Citungku sengaja membawa seekor Domba ke Suryalaya. Beliau berkata kepada muridnya yang mendampingi dan membawa domba tersebut;
"Kalau nanti Abah Anom kalah, kita sembelih Domba ini di Suryalaya sebagai tanda syukuran kita."

Setelah tiba di Madrasah, Ajengan Citungku disambut oleh Pangersa Abah Anom qs dengan keramah-tamahan dan kesantunan yang luar biasa. Dalam suasana obrolan santai penuh keakraban. Tapi dahsyatnya sebelum Ajengan Citungku mengeluarkan 28 pertanyaannya, Pangersa Abah bahkan sudah menjawab 28 pertanyaan tersebut. Subhaanallaah!

Maka betapa takjubnya Ajengan Citungku. Qalbunya tergetar hebat penuh ketundukkan. Kesombongan intelektualnya hancur seketika sampai titik nol. 
Lalu dengan sikap ta'zhim Ajengan Citungku memohon untuk menjadi murid Pangersa Abah. Maka hari itu juga Ajengan Citungku menerima Talqin Dzikir dari Pangersa Abah.

Setelah menerima talqin dzikir jahri Laa ilaaha illallooh, disaat menerima talqin dzikir khafi ismudzat, Ajengan Citungku mengalami kondisi FANA FILLAAH. Ajengan Citungku tidak sadarkan diri dalam keadaan duduk tawajjuh. Ruhnya i'raj dan wushul saat itu juga ke Arsy Allah swt. Maka Pangersa Abah membiarkannya dan meninggalkannya dalam keadaan seperti itu.

Sekitar 12 jam kemudian, Pangersa Abah lalu kembali menghampiri Ajengan Citungku, yang masih tidak sadarkan diri dalam keadaan duduk tawajjuh. Lalu pangersa Abah menepuk lembut pundak Ajengan Citungku sambil mengucapkan;
"Sayyidunaa Muhammadur Rasuulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam..."

Maka detik itu juga Ajengan Citungku tersadar dari FANA'nya. Ruhnya ditarik pulang dari Arsy Alloh swt oleh Pangersa Abah. Ketika Ajengan Citungku membuka mata, dengan spontan ia memukul ke arah Pangersa Abah. 

Ajengan Citungku merasa marah karena ruhnya yang sedang asyik berada di hadhirat Allah swt malah ditarik pulang oleh Pangersa Abah.
Secara reflek Pangersa Abah menangkis pukulan Ajengan Citungku. 

Bahkan dalam pandangan Ajengan Citungku saat itu Pangersa Abah menjadi lima yang mengelilingi dirinya. 

Astaghfirullaah! Ajengan Citungku segera sadar telah berlaku SU'UL ADAB kepada guru barunya. Lalu dengan sikap ta'zhim penuh penyesalan, Ajengan Citungku bersimpuh mohon ampun kepada Pangersa Abah.

Maka setelah itu Ajengan Citungku menghabiskan umurnya dengan berkhidmat kepada Pangersa Abah. Bahkan beliau aktif mendakwahkan TQN Suryalaya kemana-mana. Keilmuannya yang mumpuni didayagunakan sepenuhnya dalam syiar TQN Suryalaya. Sehingga beliau diberi gelar BANTENG SURYALAYA. Wallahu a'lam.

~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~

Dan inilah istri Almarhum Ajengan Citungku yang menjadi saksi hidup sejarah Ajengan Citungku. 
Beliau sering menyampaikan hikayat tentang :

1. Menjelang wafat Ajengan Citungku, Abah Anom memerintahkan Abah Aos untuk melayat Ajengan Citungku, dan saat itulah Ajengan Citungku menggenggam erat tangan Abah Aos menyerahkan estafet ilmu & da'wah TQN Suryalaya 

2. Dulu di Suryalaya itu ada Bentang, Benteng & Banteng. 
Bentang nya adalah Abah Anom
Banteng nya adalah Ajengan Citungku
Benteng nya adalah Ajengan (Abah)  Aos

3. Ketika beliau mengalami koma, bahkan sudah dianggap meninggal oleh dokter, Abah Aos khotaman di sirnarasa & memerintahkan mantu Ajengan Citungku (KH. Maman Badruzaman (wakil talqin Abah Aos)) & Kyai Asep Safari (putra KH. Maman)  untuk melaksanakan khotaman di dekat jasad beliau. 
Ketika membaca Yaa Lathiif, beliau siuman (hidup kembali) dan sampai sekarang sehat bugar dan meyaqini Abah Aos sebagai pelanjut Abah Anom.

Posting Komentar

0 Komentar