Oleh Allah, Nabi SAW tetap dianggap dhallun (bingung) hingga Allah berkenan menurunkan wahyu-Nya. Firman Allah, “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.” (adh-Dhuha [93]: 7).
Karena bingung, Nabi senang berkhalwat (menyendiri) mengadakan perenungan di Gua Hira. Hingga akhirnya Allah berkenan menurunkan kepadanya wahyu al-Qur`an. Wahyu berisi perintah dan larangan yang terasa berat dipikul secara fisik dan jiwa. Ternyata, keunggulan isinya memerlukan kehebatan pelakunya. Sebuah konsep membutuhkan pelaku.
Nara Sumber :
H. Akbar Mardani
(Wakil Talqin TQN PP Suryalaya)
0 Komentar