Ad Code

1. Jangan Membenci Ulama yang Sezaman | 2. Jangan Menyalahkan Ajaran Orang Lain | 3. Jangan Memeriksa Murid Orang Lain | 4. Jangan Berubah Sikap Meski Disakiti Orang Lain | HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCIMU

Ticker

6/recent/ticker-posts

MEMBANGUN KECERDASAN QUR'ANI


Meski Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sudah dipersiapkan oleh Allah Ta’ala selama 40 tahun untuk menjadi komunikator-Nya, rupanya hal itu terbukti belum cukup. Segudang pengalaman hidup meliputi pengalaman spiritual, psikologi, diplomasi, pekerja sosial, militer, parenting, pemimpin, dan figur di masyarakat,  belum memadai sebagai modal untuk dijadikan problem solving dalam menerapi patologi sosial yang menjangkiti bangsanya.

Oleh Allah, Nabi SAW tetap dianggap dhallun (bingung) hingga Allah berkenan menurunkan wahyu-Nya. Firman Allah, “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.(adh-Dhuha [93]: 7).
Karena bingung, Nabi senang berkhalwat (menyendiri) mengadakan perenungan di Gua Hira. Hingga akhirnya Allah berkenan menurunkan kepadanya wahyu al-Qur`an. Wahyu berisi perintah dan larangan yang terasa berat dipikul secara fisik dan jiwa. Ternyata, keunggulan isinya memerlukan kehebatan pelakunya. Sebuah konsep membutuhkan pelaku.


Nara Sumber :
H. Akbar Mardani
(Wakil Talqin TQN PP Suryalaya)

Posting Komentar

0 Komentar