Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul
Al-Qodiri An-Naqsyabandi Al-Kaamil ra.
Alhamdulillah tsumma alhamdulillah, lisan
puji, lisan memuji, meleburkan kata puji, kepada yang berhak memiliki
segala-galanya, Alloh SWT yang telah menghimpun kita ke tempat yang mulya ini,
ke tempat yang ramai ini, tapi tidak terganggu oleh apa dan oleh siapa, kita
telah menyelesaikan acara yang mulya yang agung, yang mahal dan termahal,
MANAKIBAN yang sudah dikemas oleh leluhur kita, ke-37, ke-36, ke-35 dan
seterusnya yang sudah barang tentu masing-masing telah memperoleh dari Alloh
swt, tanpa izin-Nya tidak ada dan tidak akan ada, tidak bisa jadi, kalimah Laa
ilaaha illalloh jika sudah menjadi kalimah thoyyibah, maka ada setiap saat,
tidak terhitung, jangankan hanya satu lautan yang telah ada, tambah 7 lautan
pun untuk menghitung, mencatat, menulis, mengurai kalimah laa ilaaha illalloh
sampai kering 8 lautan tinta, tidak akan habis uraiannya, malah habis kiayinya
dan habis ilmuwannya. Semakin mendalam, semakin mendengar, malah semakin tidak
terhitung, itulah kita memiliki dzikir yang tidak terhitung, yang banyak itu
bukan yang 165, bukan yang 1650, bukan yang 165.000, bukan yang 1.650.000.000,
tapi yang tidak dihitung, tapi ada. Dzikir jahar, dzikir yang terang-terangan
dengan lisan. Penting dzikir lisan juga untuk ikrar, untuk dakwah supaya kedengaran
oleh orang lain. Baca Al-Quran secara jahar itu penting supaya yang punya
telinga mendengar. Membaca Al-Quran dengan keras bukan supaya kedengaran oleh
orang lain, apalagi mengganggu orang lain, supaya yang punya telinga mau
mendengar. Karena telinga orang beriman, orang muslim, orang mu’min, kalau
mendengar suara al-Quran itu bertambah imannya bukan merasa terganggu.
Dimana dibacakan ayat-ayat Alloh, orang-orang
yang beriman itu bertambah imannya. Ini maksudnya jika bertambah iman berarti
sudah ada. Tidak akan ada bahasa tambah kalau belum ada. Makanya ayat pertama
yang diberikan oleh Alloh kepada Rosululloh SAW yaitu surat al-‘Alaq ayat
pertama jadi materi thoriqoh Qodiriyah yakni kalimah Laa ilaah illalloh dan
ayat yang kedua jadi materi thoriqoh Naqsyabandiyyah kalimah yang tidak
terdengar oleh siapapun. Yang mendengar dzikir itu hanya orang yang
berdzikirnya dan pencipta orang yang berdzikir, disimpan di dalam hati, di
dalam ruh. Inilah alat yang dua ini adalah ALAT KHUSYU’. 12 tahun setelah dua
dzikir ini mengendap, membaja, menyatu, dan larut di dalam diri Rosululloh SAW,
maka rosululloh diberangkatkan dari mesjidil harom ke mesjidil Aqso dan mi’raj.
Jadi Isro dan mi’raj itu untuk memberikan bungkusnya, kulitnya, wadahnya untuk
khusyu’. Khusyunya sudah ada larut dalam diri rosululloh selama 12 tahun, baru
kemudian diberikan bungkusnya yaitu sholat.
Sekarang dimana-mana orang rame-rame belajar
khusyu di dalam sholat, bagaimana supaya khusyu di dalam sholat. Guru kita
Pangersa Abah sudah lama sejak tahun 70-an sudah mengatakan, “MANA MUNGKIN
KHUSYU DI DALAM SHOLAT KALAU DI LUAR SHOLAT TIDAK BISA KHUSYU.” Karena Alloh
pun memberikan khusyu itu sebelum sholat. Makanya rosululloh saw dan para
sahabat khusyu dalam sholatnya karena sebelum sholat sudah khusyu. Rosululloh
SAW bersabda, “SIAPA YANG TIDAK KHUSYU DALAM SHOLATNYA MAKA RUSAK SHOLATNYA.”
Walaupun dari takbirotul ihrom sampai salam sama-sama tamat, yang tidak khusyu,
yang hatinya tidak bersama-Nya, kepada-Nya, oleh-Nya, dari-Nya, dianggap RUSAK
SHOLATNYA, utuh luarnya tapi dalamnya keropos karena tidak ada khusyu. Makanya
12 tahun latihan khusyu, dzikir Laa Ilaaha Illalloh dengan suara keras supaya
orang yang punya telinga mendengar. Karena Pangersa Abah Anom mengatakan, “Kamu
ngomong jangan untuk orang lain, kamu ngomong untuk telingamu sendiri!”
Di Suryalaya selalu ada ilmu yang baru dari
Pangersa Abah, dan itu pasti berasal dari Rosululloh. Karena rosululloh itu ada
penerusnya, khulafaur rasyidin, sahabat, tabi’in, auliya, para ulama. Rosululloh
SAW bisa memberikan petuah, petunjuk, saran, pendapat atau apapun kepada
penerusnya kapan saja.
Baru-baru ini ada informasi akan ada yang
menghilangkan sholat lidaf’il bala dan khotaman setelah isya karena katanya
tidak ada pada zaman nabinya. Hati-hati itu jangan diterima, emang sekarang ini
zaman nabi siapa? sekarang adalah zaman Nabi Muhammad SAW. Orangnya yang tidak
ada itu, setelah Nabi Muhammad SAW tidak ada lagi nabi, pengganti nabi ada
terus diciptakan oleh Alloh dibutuhkan untuk memimpin ummat, per seratus tahun
itu satu.
Kalau ingin ketemu Nabi berhadapan setiap
hari, harus sering sholat, pasti berhadapan, karena dalam sholat ada bacaan, “Assalamu’alaika
ayyuhan nabiyyu...” itu mengucapkan salam kepada orang yang ada dihadapan
kita, bukan kepada orang yang tidak ada di depan kita. Antara kita dengan orang
yang diberi salam oleh kita tidak hijab apapun, tidak terhalang oleh sehelai
rambutpun. Makanya sholat fadlu itu terlalu sedikit, ditambah dengan
sholat-sholat sunnat, qobliyah dan ba’diyah, kecuali subuh dan ashar tidak ada
sholat sunnah ba’diyah. Tidak ada yang ketinggalan di dalam Islam itu, semua
ada. Yang mesti ada pasti harus ada.
Ini sesuai dengan Firman Alloh dalam Al-Qur’an
Surat al-An’am ayat 38
4
$¨B
$uZôÛ§sù
Îû
É=»tGÅ3ø9$#
`ÏB
&äóÓx«
4
“....
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab....”
Segala sesuatu yang mesti ada itu tidak bisa tidak ada, yang diadakan
oleh yang Maha Ada, ada-Nya sebelum ada kata ada. Kalau kita adanya setelah ada
kata ada, dan yang ada diadakan oleh yang Maha Ada ditidak adakan, Alloh tetap
ada. Maka akhirnya kita belajar, setelah laa ilaaha illalloh ini ditanam sudah
bukan dimulut lagi, baru dimiliki itu kalimah itu oleh ruh kita, yang ditalqin
bukan baju koko, bukan kulit bukan daging, tapi ruh. Supaya nafas kita, ruh
kita ke dalam dan keluarnya wangi, maka ada kalimah pewangi, kalimah thoyyibah.
Dzikir jahar laa ilaaha illalloh meski sudah tidak ada orang yang dzikirnya,
suaranya masih terngiang-ngiang, sebelum tidur kita dzikir untuk mengiringi
keluarnya nyawa, lupanya nyawa, hilangnya itu supaya bersama dzikir tersebut.
Talqin itu dimasukkan ke dalam ruh supaya keluar masuknya bersama laa ilaaha
illalloh. Itu menetap dan ditetapkan atas izin Tuhannya. Jadi ketika masuk
didorong oleh laa ilaaha illalloh, dikawal oleh laa ilaaha illalloh dan
disambut dan dijemput oleh laa ilaaha illalloh. Orang yang dengan laa ilaaha
illalloh tidak akan mati, tapi pindah dari alam yang besar ke alam yang kekal.
Seperti ini kita bergabung belajar dengan orang-orang yang tidak mati,
orang-orang yang hidupnya kekal.
Mudah-mudahan kita semua diberkahi oleh Alloh
dengan keamanan, kenyamanan, ketentraman dan kedamaian, kita tetap mengamalkan,
mengamankan dan melestarikan TQN Pondok Pesantren Suryalaya. Bikaromati ahli
silsilah TQN PP Suryalaya. Al-Fatihah...
l
0 Komentar