Ad Code

1. Jangan Membenci Ulama yang Sezaman | 2. Jangan Menyalahkan Ajaran Orang Lain | 3. Jangan Memeriksa Murid Orang Lain | 4. Jangan Berubah Sikap Meski Disakiti Orang Lain | HARUS MENYAYANGI ORANG YANG MEMBENCIMU

Ticker

6/recent/ticker-posts

Peran Tasawuf Dalam Dunia Pendidikan




Tawuran  antara para siswa dengan para wartawan merupakan puncak dari rusaknya dunia pendidikan Negara ini. Sebelum ini, tawuran sesama pelajar sebelumnya telah menjadi tradisi rutin para pelajar di beberapa kota besar. Semua itu bisa terjadi, padahal dulu para pelajar sangat menghormati para guru mereka. Melihat fenomena ini, ada apa sebenarnya dengan dunia pendidikan kita?
Jika melihat perkembangan dunia pendidikan yang seperti itu, kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Semua juga ikut bersalah baik dari gurunya maupun orang tua murid itu sendiri. Karena tingkah laku atau akhlak dari para pelajar tidak bisa diletakkan hanya di pundak para guru. Melainkan melibatkan semua unsur. Baik dari lingkungan sekolah, keluarga dan faktor eksternal lah yang sangat berpengaruh untuk perkembangan jiwa para pelajar.
Sebenarnya di sekolah di ajarkan mata pelajaran agama, tapi seakan-akan tidak ada pengaruhnya sama sekali. Namun dapat kita bayangkan bahwa mata pelajaran agama itu sendiri cuma 2 SKS diajarkan, lebih kurang 2 jam dalam satu minggu. Hal itu tidaklah cukup untuk membentengi tingkah laku mereka. Padahal godaan dunia semakin lama semakin universal. Sedang disekolahan dan di madrasah  yang nota bene diajarkan lebih banyak tentang mata pelajaran seperti Sejarah Islam dan Akhlaq saja, kadang masih banyak lubang disana-sini. Maksudnya bahwa pengaruh lingkungan itu lebih besar terhadap tingkah laku para pelajar. Jika mereka mempunyai masalah jarang sekali membicarakannya kepada orang tua, maupun guru. Mereka lebih percaya kepada teman daripada kepada orang tua atau guru yang menjadi pembimbing. Mungkin jika pengaruh positif yang mereka dapatkan bisa membantu dan memberi solusi, namun jika melihat gejalanya kebanyakan negatifnya yang mempengaruhi mereka. Yang paling utama adalah tauladan dan perilaku para guru itu sendiri. Ada pepatah yang mengatakan , “guru kencing berdiri, maka murid kencing berlari”. Disini bukan mencari kesalahan para guru atau peran orang tua. Namun jika para guru tidak memberikan tauladan yang baik, maka para murid pun tidak akan menghormati guru bahkan kepada orang lain pun akan cuek. Untuk itu dibutuhkan guru yang benar-benar guru, bukan guru sebagai profesi.
Pandangan dunia tasawuf untuk memperbaiki hal tersebut adalah untuk masa peralihan seperti mereka yang sedang giat-giatnya mencari jati diri agaknya terlalu dalam.  Namun tidak menutup kemungkinan itu bisa mempengaruhi perilaku mereka jika kita coba terapkan.  Namun sebagian kecil dasarnya saja kita bahas. Pandangan tasawuf yang tidak kalah pentingnya untuk diaktualisasikan pada dunia pendidikan modern ini adalah masalah psikoligis, adab dan akhlaq. Yaitu psikoligis dalam proses transmisi keilmuan antara guru dan murid, suatu yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang untuk menguasai suatu ilmu. Artinya dengan pengetahuannya, seseorang dapat menghayati  ilmunya dengan baik dan dapat mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang murid harus menjaga kondisi psiklogis dirinya dan psikologis gurunya. Dia harus mempersepsikan gurunya dengan baik, mencintai dan mengagungkan, serta berprasangka yang baik dengan gurunya, dan menjaga persepsi guru terhadap dirinya supaya baik.
Dengan dasar pemikiran itu tadi maka, adab (etika) sangat penting diaktualisasikan dalam dunia pendidikan modern. Seperti hormat, rendah diri dihadapan guru, ta’dzim (menjunjung tinggi martabat guru) dan khidmah (melayani kepentingan guru) murid terhadap guru. Demikian motifasi dan spirit transfer ilmu guru kepada murid dengan niat yang tulus dan doa-doa yang baik harus senantiasa mengalir kepada murid. Dengan rasa sayang yang tulus terhadap murid maka ilmu sang guru akan di tangkap dengan baik oleh afeksi murid.
Adab kepada guru, merupakan ajaran yang prinsip dalam ajaran islam, bahkan syarat dalam riyadhoh seorang murid. Hal yang sedemikian ini karena diyakini bahwa hubungan antara guru dan murid melestarikan tradisi sunnah di masa Nabi. Kedudukan murid menempati peran sahabat dan guru sebagai Nabi dalam hal bimbingan (irsyad) dan pengajaran (ta’lim). Menjaga etika guru dan murid ini dapat dianalogkan dengan mengisi air. Jiwa guru sebagai wadah ilmu, sedangkan jiwa murid sebagai wadah air, yang akan menerima air dari sang guru. Maka menjaga akhlaq adalah mengatur posisi wadah ainyar guru (perasaan dan hati guru) dan wadah airnya murid (perasaan dan hati murid) yang dikenal dengan istilah afeksi, agar jiwa murid dapat terisi jiwa guru.
Adab kepada guru ini tersimpul dari rasa cinta seorang murid terhadap gurunya, dengan sebenar-benarnya cinta. Hormat dan ta’dzim berarti meninggikan posisi guru sebagai wadah ilmu, sedangkan meremehkan berarti merendahkan posisi dari wadah ilmu tersebut. Intinya bahwa keikhlasan, kejujuran, suri tauladan, serta akhlaq dan adab, akan membentuk karakter dari para murid. Jika kesemua itu diabaikan oleh para guru maka cita-cita untuk menjadikan murid yang berbakti dan berakhlaq baik bagaikan api jauh dari panggang.

sufinews

Posting Komentar

0 Komentar