Hakikat Dzikir Nafyi dan Itsbat
وَاَمَّا مَاهِيَةُ النَّفْيِ وَاْلإِثْبَاتِ فَهُوَ أَفْضَلُ وَأَشَدُّ تَأْثِيْرًا وَهُوَ كَلِمَةُ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : فَاعْلَمْ اَنَّهُ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ (سورة محمد - ۱۹) قَالَ النّبِيُّ ص : أَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
Yang paling baik (afdholu) yang aku ucapkan dan para nabi sebelum aku itu ucapannya Laa ilaaha illalloh dan menjadi bagian dari syahadatain. Kalau kita telaah, syahadat ini intinya Laa ilaaha illalloh hanya ditambah dengan kalimat kesaksian asyhadu an laa ilaaha illalloh.
Yang pertama, kalimat ini menjadi alfarqu bainal kufri wal imaan, kalimat syahadatain yang di dalamnya kalimat Laa ilaaha illalloh berfungsi memisahkan antara kufur dan iman. Kita lihat contohnya, seseorang kufur memeluk agama di luar Islam mengucapkan astagfirulloh belum berubah dia tetap masih kafir. Mengucapkan alhamdulillah, belum, mengucapkan subhanalloh, belum, semuanya belum, kapan berubah posisi keyakinannya? setelah mengucapkan Laa ilaaha illalloh yang diawali dengan kesaksian, yaitu Asyhadu an laa ilaaha illalloh. Kalau sudah terucap maka kalimat ini seperti hitam putih, seperti garis yang membedakan antara kufur dan iman.
Yang kedua, kalimat ini mempersatukan manusia yang tidak berjumpa fisiknya, orangnya tidak mungkin bertemu, karena zamannya beda, waktunya beda, tapi bisa jadi satu. Satu qowafiyat, satu kabilah, satu rombongan, satu gerbong, tepatnya mungkin satu gerbong, kalau kereta itu jadi terbayang satu gerbong. Padahal ia bejumpa yaitu sejak manusia zaman Nabi Adam AS sampai akhir zaman. Itu tidak mungkin berjumpa, kita sekarang yang sama-sama satu periode tidak saling kenal, tapi ini menjadi satu, menjadi satu kabilah, menjadi satu gerbong, yang gerbongnya bukan hanya gerbong fisik, tapi titik temunya itu adalah ruh. Ini ruhnya sama. Apa yang menyamakan? Yang menyamakan adalah Laa ilaaha illalloh, menjadi ahlul iman. Jadi nantinya ada frequensi. Jadi sama frequensinya meskipun tidak berjumpa. Inilah yang nanti kalau didalami dimungkinkan orang fisiknya berjauhan, tapi bisa saling berkomunikasi karena kesamaan frequensi. Tapi kalimat ini tentu ada syaratnya, bisa di fungsikan sebagai media spiritual communication between one person and another person, meski di dua kota yang berbeda. Kita jadi bertemu, kita jadi saudara, saudara ruh.
(Lebih lengkapnya bisa dibaca pada Majalah Taabuut Edisi 3)
0 Komentar