Dan diantara perilaku seorang murid dalam berguru, hendaknya tidak berguru kecuali kepada seorang guru yang ilmu-ilmu syari'atnya benar-benar kuat dan mendalam. Hal ini dimaksudkan agar dengan guru yang Ilmu Syari'atnya mendalam ini sang murid merasa cukup dan tidak butuh berguru kepada orang lain. Tuan Guru Syekh Muhammad Asy-Syanawi pernah memberitahu saya, bahwa suatu ketika ia pernah berkata kepada gurunya, Syekh Muhammad As-Surowi, "Guru, aku ingin mengunjungi si guru (syekh) fulan." Rupanya Tuan Guru tidak ingin muridnya mencari guru lain, dan berkata dengan menampakkan kecemberutan di wajahnya, "Wahai Muhammad, bila engkau belum merasa cukup denganku, lalu bagaimana engkau menjadikan aku sebagai gurumu?" Maka sejak saat itu, aku tidak pernah lagi menguinjungi guru lain sampai berliau wafat.
Maka bisa diketahui bahwa orang yang sudah ditakdirkan untuk masuk ke dalam tarekat dan diambil sumpahnya oleh seorang guru yang ilmu-ilmu syari'atnya kurang mendalam, maka tidak ada salahnya ia berkunjung dan berkumpul dengam guru lain, sebagaimana kondisi yang terjadi pada sebagian besar para guru di zaman ini. Maka ungkapa Syekh Abu Al-Qosim Al-Qusairi, "Dianggap kurang baik seorang murid mengi8kuti madzhab lain yang bukan madzhab gurunya. Akan tetapi ia hanya diperkenankan mengikuti pada gurunya saja."
Ini jelas ditujukan untuk murid yang mendapatkan guru yang benar-benar mendalami Ilmu Syari'at secara sempurna. Maka tidak ada jeleknya seorang murid mencari dan menisbatkan dirinya ke madzhab lain yang bukan gurunya, bila gurunya tidak benar-benar mendalami Ilmu Syari'at, bahkan hal itu wajib dilakukan. (Dikutip dari Buku CAHAYA SUCI PADA PINTU-PINTU SURGA Karangan Syekh Abdul Wahab Asy-Sya'roni)
0 Komentar