Jakarta – Ahad (15/4) makam salah seorang pengamal Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Pontren Suryalaya Harli Juniargo bin H. Muthohar dibongkar untuk dipindahkan ke Tegal, digabung bersama almarhum ayahnya.
Penggalian yang dilakukan pagi sekitar pukul 07.00 WIB tidak hanya disaksikan oleh keluarga dan kerabat, namun juga ahli forensik, Prof. Agus serta 4 dokter spesialis yang bertugas menata tulang-tulang dari almarhum.
Pengamal dzikir yang lahir pada 28 Juni 1973 ini dimakamkan di TPU Kemiri, Rawamangun Jakarta Timur. Semasa hidupnya ia dikenal sebagai pribadi yang baik. "Almarhum adalah ikhwan TQN Suryalaya yang disiplin dan istiqamah dalam mengamalkan dzikir jahri dan dzikir khafiy," ujar salah seorang anggota keluarganya, H. Marwan.
Haji Marwan menceritakan saat proses penggalian, tukang gali kaget karena tercium aroma wangi dari dalam kubur. "Orang-orang yang menyaksikan lebih kaget lagi saat melihat jasad yang dibalut dengan kain kafan itu masih utuh. Termasuk dokter dan ahli forensik yang hadir. Cacing maupun binatang tanah pun tidak ada," sambung kakak ipar almarhum.
Keluarga mengungkapkan rasa syukur melihat jasad anggota keluarganya yang telah wafat lebih dari 11 tahun yang lalu, tepatnya 17 Februari 2007 masih utuh. Keluarga menyampaikan jika almarhum ayahnya, H. Muthohar juga seorang aktifis dzikir di Tegal. Semasa hidupnya istiqamah dalam mengamalkan dzikir yang diajarkan oleh Abah Anom, Mursyid TQN Pontren Suryalaya.
Tetangga almarhum, Suci Prihantanto mengatakan almarhum wafat selepas shalat shubuh di atas sajadah. "Saat itu saya sedang jalan melewati rumahnya, mendengar jeritan dari dalam rumah saya mendekat dan menyaksikan almarhum sudah wafat di atas sajadah, menunggu waktu syuruq."
Kejadian ini membawa banyak hikmah. Selain menambah rasa cinta kepada guru mursyid, ternyata keluarga almarhum yang belum bertarekat langsung bertekad untuk meminta talqin dzikir. Alhamdulillah. (Idn)
0 Komentar