Kata mursyid secara bahasa berasal dari bahasa Arab, bentuk isim Fail
dari kata kerja arsyada-yursidu “mursyidun” artinya pemberi
petunjuk atau pembimbing. Tentunya menujukkan atau membimbing kepada jalan yang
lurus atau jalan yang benar atau disebut juga thariqat mustaqim. Hal ini
juga dapat kita lihat dari bentuk masdarnya, yaitu kata “rusydu”, yang berarti
jalan yang benar atau kebenaran. Maka jelas dari pendekatan kebahasaan, mursyid
berarti seorang penunjuk ke jalan yang benar atau jalan yang lurus (syratul
mustaqim).
Kata mursyid dalam arti penunjuk jalan yang lurus disebutkan pula dalam
al-Qur’an dengan kata lain kata mursyid juga sebagai bahasa al-Qur’an. Allah
berfirman:
من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل
فلن تجد له وليا مرشدا (الكهف: 17)
“Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang
mendapat petunjuk; dan barang siapa disesatkan-Nya, maka engkau tidak akan
mendapatkan seorang penolong yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (Q.S.
Al-Kahfi: 17)
Lalu apakah jalan yang lurus atau yang benar itu? Jika kita melihat
al-Qur’an, jalan yang lurus itu adalah jalan Allah atau agama islam` namun
dalam redaksinya terkadang juga diungkapkan dengan kata thariqat di
samping dengan kata sabilillah. Jalan yang lurus atau agama islam ini
akan menyelematkan kita di dunia dan di akhirat, dan sebaliknya jalan selainnya
adalah jalan yang sesat dan akan membuat kita merugi. Allah berfirman:
وأن هذا صراطي
مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله ذلك وصكم به لعلكم تتقون
(الأنعام: 153)
“Dan sungguh, inilah
jalan-Ku yang lurus (agama islam). Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan
yang lain yang akan mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah dia
memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. al-An’am: 153)
Allah berfirman:
وأن لو استقاموا على
الطريقة لاستقيناهم ماء غدقا ( الجن: 16)
“ Dan
sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama islam), niscaya
kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup.” (al-Jin: 16)
Allah berfirman:
ومن
يبتغي غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو فى الآخرة من الخاسرين (آل عمران: 85)
“Dan barang siapa mencari agama selain islam, dia tidak akan
diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi (Q.S. Ali-Imran: 85)
Berdasarkan ayat-ayat
al-Qur’an tersebut di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa mursyid adalah
seseorang yang
membimbing atau memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, yaitu jalan Allah
atau agama islam dengan pertolongan Allah Swt. Jadi kalau saja ada seorang yang
dapat membimbing masyarakat kepada jalan yang benar dengan mengamalkan ajaran
islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis, meskipun tidak mengatasnamakan
suatu lelmbaga thariqat tertentu, maka ia sah dikatakan sebagai mursyid.
Adapun wali Allah
secara bahasa berarti kekasih Allah. Sedangkan secara syar’I wali
Allah adalah orang yang menjadi kekasih Allah karena dapat beriman dan senantiasa
bertakwa, sebgaimana firman Allah:
الا
ان اولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون الذيى آمنوا وكانوا يتقون (يونس:62-73)
“Ingatlah
wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih
hati, yaitu orang-oang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” (Q.S.
Yunus:62-63)
Di samping memiliki sifat pembimbing seorang mursyid tidak boleh tidak
harus seorang wali Allah yaitu orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Maka
orang yang tidak beriman dan bertakwa tidak bisa disebut wali Allah apalagi
disebut mursyid. Jadi logikanya setiap mursyid harus
seorang wali, tetapi tidak setiap wali harus menjadi mursyid. Wali atau
predikat orang yang beriman dan bertakwa harus melekat pada pribadi seorang mursyid.
Sementara untuk dapat beriman dan bertakwa kepada Allah, hanya akan dapat dicapai
bila mana seseorang berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan dan sunnah Rasulullah.
0 Komentar